Kamis, 03 Februari 2011

Sejarah Yonif 900/Raider

Pada awal kelahiran Tentara Republik Indonesia (Perubahan dari Tentara Keamanan Rakyat tahun 1946) di pulau Jawa dibentuk 7 Divisi Tentara Republik Indonesia. Divisi VII/Suropati  adalah salah satu dari ketujuh Divisi tersebut yang wilayahnya meliputi daerah Malang - Besuki. Batalyon VIII Resimen Infanteri 39 berada dibawa kendali Divisi tersebut dengan Komandan Batalyonnya adalah  Mayor Santoso.

Berdasarkan Pengumuman Panglima Divisi VII/Suropati tanggal 6 Februari 1947, Batalyon VIII diberi nama Batalyon VIII/Ketonggeng dan Resimen Infanteri 39 diberi nama Resimen Infanteri 39/Menak Kuncar. Pada tahun 1948 Tentara Republik Indonesia mengadakan program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) maka Resimen Infanteri 39/Menak Kuncar dibubarkan dan daripadanya dibentuk 2 batalyon yaitu batalyon Mobil  dipimpin oleh Mayor Suprapto dan batalyon territorial dibawah pimpinan Mayor Santoso. Karena Inti dari pembentukan batalyon Mobil ini dari Batalyon VIII/Ketonggeng maka Batalyon Mobil II/Divisi I dianggap kelanjutan dari Batalyon VIII/Ketonggeng.

a.            Menjadi Batalyon 31 Brigade IV Divisi I
         Berdasarkan Instruksi dari Markas Besar Komando Jawa nomor 47/KB/49, maka Batalyon Mobil II/Divisi I mendapat tugas sebagai sub Wehrkreise VI didaerah Kabupaten Lumajang. Setelah keadaan mereda, dilaksanakan Konsolidasi dan diadakan pembentukan satuan baru maka Batalyon Mobil II kemudian diganti nama menjadi Batalyon 31 Brigade IV Divisi I dipimpin oleh Mayor Santoso dan kemudian diganti oleh Mayor Wakhman.

           Dalam pembentukan dan pengiriman pasukan ke Indonesia Timur dibawah pimpinan Kolonel A.E Kawilarang, Batalyon 31 dibawah pimpinan Mayor Wakhman adalah salah satu batalyon yang masuk didalamnya yang diperbantukan kepada Brigade XXVIII dibawah pimpinan Letkol Sukowati. Setelah berada di Indonesia Timur, Batalyon 31 bertugas di Sulawesi Selatan dan kemudian menjadi organik Teritorium VII/Indonesia Timur.

b.            Batalyon 701 – 702
         Berdasarkan Penetapan Panglima Teritorium  VII No.3006/9/1959 Brigade - Brigade di Indonesia Timur     (pasukan ekspedisi) mulai tanggal 17 September 1950 dirubah menjadi Komando Pasukan (Kompas), dimana Brigade Letnan Kolonel Sukowati menjadi Komando Pasukan A/Sulawesi Selatan. Sesuai dengan perubahan ini berubah pula nama - nama Batalyon, dimana Batalyon 31 yang saat itu dibawah pimpinan Kapten Sukertyo menjadi Batalyon 702/Kompas A /Teritorium VII, terhitung mulai tanggal 1 Nopember 1950.

        Berdasarkan keputusan Panglima Teritorium VII No. 80042/7/1952 mulai tanggal 15 Juli 1952 komando - komando pasukan dirubah lagi menjadi Resimen Infanteri dan Komando Pasukan A/Sulawesi Selatan menjadi Resimen Infanteri 23/VII (Resimen Infanteri 23/VII). Dua minggu kemudian dengan Surat Keputusan Panglima Teritorium VII Nomor 42/KPTS/7/1952 tanggal 30 Juli 1952 berubah pula Batalyon- batalyon dimana Batalyon 702 menjadi Batalyon Infanteri 701- I/Resimen Infanteri 23/VII, terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1952 pada saat itu Batalyon Infanteri 701 berada di bawah pimpinan Kapten Slamet Wardoyo.

        Pada bulan Juli 1954 Batalyon Infanteri 701 dipindahkan ke Resimen Infanteri 25/Maluku Selatan, sehingga sebutannya menjadi Batalyon Infanteri 701/Resimen Infanteri 25/VII Wirabuana dibawah pimpinan Kapten Effendi SM, kemudian dilanjutkan oleh Kapten R. Y.  Leo Lapulisa, setelah   ± satu setengah tahun Batalyon Infanteri 701 organik resimen Infanteri 25/Maluku Selatan, pada bulan April 1956 dipindahkan lagi ke Resimen Infanteri 26/Nusa Tenggara mendarat di Singaraja Bali dibawah pimpinan Kapten Jalal.

c.             Menjadi Batalyon 741      
  

Gambar : (Parade Yonif 741/SBW)

Mulai tanggal 17 Maret 1965 berdasarkan Surat Keputusan Pangdam XVI/Udayana No. 070/3/1965 Batalyon Infanteri 701 ROI - I dirubah menjadi Batalyon Infanteri 741 ROI - 64, yang kekuatannya terdiri dari 3 Kompi Senapan, 1 Kompi Bantuan dan 1 Kompi Markas. Perubahan Batalyon Infanteri 701 ROI - I menjadi Batalyon Infanteri 741 ROI - 64 dilangsungkan pada tanggal 19 Maret 1965, dengan daerah kekuasaan meliputi Bali.

            Berdasarkan Surat Perintah Pangdam IX/Udayana Nomor: Sprin/567/XI/1973 tanggal 2 Nopember 1973 sebagai realisasi Skep Kasad Nomor: Skep/20/VII/1973 susunan organisasi disesuaikan dengan ROI - 73 dengan dislokasi Markas Batalyon, Kompi Markas, Kompi Bantuan dan Kompi Senapan B di Singaraja, Kompi Senapan A di Kuta Denpasar serta Kompi Senapan C di Negara.     

           Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam IX/Udayana Nomor Skep/46/II/1985 tanggal 25 Pebruari 1985 tentang Pengorganikan Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama pada Korem 163/Wirasatya sebagai Batalyon Infanteri Territorial.          

           Berdasarkan Surat Telegram Pangdam IX/Udayana Nomor  STR/98/1988 tanggal 25 Pebruari 1988 tentang pengorganikan Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama kepada Kodam IX/Udayana sebagai Batalyon Infanteri Pemukul Kodam Yonif PMK (Pasukan Mobile Kodam) terhitung mulai tanggal 1 Maret 1988.

d.            Menjadi Batalyon 900/Raider


 Gambar : (Parade Upacara Yonif 900/Raider)

Pada tahun 2003 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Membentuk 10 Batalyon Infanteri Raider.  Kodam IX/Udayana menyelenggarakan Seleksi personel di satuan yang ada di jajaran Kodam IX/Udayana serta Melaksanakan Latihan Raider. Pada tanggal 22 Desember 2003 diresmikan 10 Batalyon Infanteri Raider Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat termasuk didalamnya Batalyon Infanteri 900/Raider Kodam IX/Udayana oleh Kepala Staf Angkatan Darat di Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor  Skep/46/XII/2003 tanggal 15 Desember 2003 tentang Pembekuan 8 Satuan Pemukul Kodam dan 2 satuan Yonif Kostrad serta Pengesahan Pembentukan 10 Satuan Yonif Raider di jajaran TNI - AD. 



Gambar : (Pengibaran Sang Merah Putih)

Tunggul Batalyon Infanteri 900/Raider dengan gambar sebagai berikut: Pisau/Sangkur, Lintas Kilat/Petir, Warna Merah Putih dan Semboyan Cepat Senyap Tepat; mempunyai arti : Batalyon Infanteri 900/Raider dengan semboyan “CEPAT SENYAP TEPAT” sebagai satuan kebanggaan TNI - AD yang memiliki mobilitas tinggi, mampu bergerak dan bertindak secara senyap, mencari dan merebut sasaran dengan tepat dalam situasi serta kondisi bagaimanapun juga, dan dengan dilandasi semangat  juang yang tinggi rela berkorban dalam pengabdiannya untuk keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 



                       
              Karena Inti dari pembentukan Batalyon Infanteri 900/Raider Kodam IX/Udayana ini dari Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama maka Batalyon Infanteri 900/Raider dianggap kelanjutan dari Batalyon Infanteri 741/Satya Bhakti Wirottama.

FOTO PIMPINAN YANG MENJABAT








Pembentukan Yonif 900/Raider



1.            Latar Belakang Pembentukan

Batalyon Raider ini terbentuk karena peristiwa pemberontakan yang terjadi di wilayah Indonesia itu sendiri seperti Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dengan dibentuknya satuan Raider ini, maka diharapkan dapat membantu pemerintahan untuk mempersempit dan mengurangi  ruang gerak para pemberontak yang dapat mempengaruhi serta membahayakan kedaulatan NKRI, baik dari segi personel  maupun materiil .

Pasukan elit di Indonesia satu-satunya yaitu Kopassus jumlahnya masih terbatas. Melihat pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan wilayah yang luas dari propinsi NAD. Maka munculah ide dari Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu pada saat itu, untuk membentuk pasukan khusus yang handal yang mempunyai kemampuan lebih yang dapat beroperasi baik melalui darat, laut maupun udara.


2.            Pemrakarsa
Batalyon Raider Dibentuk oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.


Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.

3.            Proses Pembentukan

Pembentukan Yonif 900/Raider dimulai dari perekruitan personel dari jajaran Kodam IX/Udayana meliputi Yonif 741/SBW, Yonif 742/SWY, Yonif 743/PSY, Yonif 744/SYB, Denzipur 9 Udayana, Paldam, Hubdam, dan Kesdam IX/Udayana  melalui seleksi kesehatan, samapta  A dan B, renang militer, menembak, akademik dan Psikologi. Personel yang dinyatakan lulus seleksi mendapat sprin pemanggilan untuk bergabung dalam reorganisasi persiapan pembentukan Batalyon Infanteri 900/Raider di Mako Yonif 741/SBW.

Personel yang telah tergabung dalam persiapan pembentukan Batalyon Infanteri 900/Raider berjumlah 876 orang menempuh latihan pembentukan Yonif Raider selama 6 bulan meliputi 2 bulan tahap basis (Pra Raider) dan 4 bulan tahap pembentukan yang diselenggarakan oleh Rindam IX/Udayana dengan asistensi dari Pussenif dan Kopassus. Latihan pembentukan meliputi patroli, pungpungdahmah, pungsihpungdahmah, navigasi darat, menembak, dopper, drill mobud,  renang taktis, PKP, dan LCR, survival hutan dan pantai, PJD, drill helly (Pastroping, Rapeling dan Hover Jumping), long mars  dan raid pembebasan tawanan serta raid penghancuran  yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Buleleng, Bangli, Tabanan, Badung dan Jembrana. Dari jumlah 876 orang yang dinyatakan lulus dalam latihan pembentukan sebanyak 822 orang, dan yang gagal 54 orang dikembalikan kesatuan asal.

Hingga akhirnya Batalyon Infanteri 900/Raider dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Skep/46/XII/2003 tanggal 15 Desember 2003 tentang pembekuan delapan Satuan Yonif  Pemukul Kodam dan dua Satuan Yonif Kostrad serta pengesahan pembentukan sepuluh Satuan Yonif Raider dijajaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI - AD), yang dilaksanakan melalui upacara peresmian sepuluh Yonif Raider secara akbar di Kemayoran Jakarta oleh Kepala Staf Angkatan Darat dan dihadiri Presiden RI Megawati Soekarno Putri serta pejabat TNI dan Pemerintah.

Pengenalan Yonif 900 Raider

Sejarah Satuan Yonif 900/Raider merupakan suatu perjalanan dari suatu Satuan, dari mulai terbentuknya satuan hingga tetap eksisnya satuan tersebut. Untuk dapat mengetahui sejarah satuan Yonif 900/Raider Kodam IX/Udayana  penulis berupaya mengumpulkan data-data dari referensi – referensi buku, pendahulu satuan, media IT dan anggota yang masih aktif di lingkungan Yonif 900/Raider. 

Gambar: (Parade pada Pelaksanaan Upacara)

Batalyon Raider adalah satu batalyon pasukan elite infanteri Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Sepuluh batalyon raider yang diresmikan pada 22 Desember 2003, dibentuk dengan membekukan 8 yonif pemukul Kodam dan 2 yonif Kostrad. Sebagai kekuatan penindak, kekuatan satu Batalyon Infanteri Raider (Yonif Raider) setara tiga kali lipat kekuatan satu batalyon infanteri (yonif) biasa di TNI.

Setiap batalyon raider terdiri atas 747 personel. Mereka memperoleh pendidikan dan latihan khusus selama empat bulan untuk perang modern, anti-gerilya, dan perang berlarut. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti fastrooping, rapelling, hover jumping dari helicopter. 50 orang personel diantara 747 orang personel dalam satu Batalyon Raider memiliki kemampuan anti teror dan keahlian-keahlian khusus lainnya. Keahlian tersebut mereka dapatkan setelah mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdik Passus) yang bertempat di Batujajar, Jawa Barat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasukan raider.
Batalyon Infanteri 900/Raider sebagai satuan pemukul Kodam IX/Udayana mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan tugas tempur ataupun tugas non tempur yang diberikan sesuai dengan kebijakan pimpinan TNI AD pada umumnya dan pimpinan Kodam IX/Udayana pada khususnya.
Dalam pelaksanaan tugas tersebut perlu adanya kesiapan dan kemantapan satuan Yonif 900/Raider dalam menghadapi tugas kedepan dengan melibatkan berbagai aspek yang mendukung tercapainya tugas pokok satuan. Untuk merealisasikan tugas pokok satuan tersebut perlu adanya suatu program yang direncanakan dengan baik dan berkesinambungan agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan dengan tertib, lancar, efektif dan efisien.

Kualifikasi Personel Raider adalah kualifikasi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dilatih untuk menguasai 3 kemampuan. Kemampuan tersebut adalah:

·       Kemampuan sebagai pasukan penanggulangan terror dengan mahir dalam pertempuran jarak dekat.
·        Kemampuan sebagai pasukan lawan gerilya dengan mobilitas tinggi.
·        Kemampuan untuk melakukan pertempuran-pertempuran berlarut (gerilya).

Tugas Pokok.   Batalyon Infanteri 900/Raider menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan NKRI diwilayah daratan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

Tugas-tugas.    Mengacu pada tugas pokok tersebut diatas, maka tugas-tugas Yonif 900/Raider  dirumuskan sebagai berikut:
1)      Melaksanakan tugas-tugas TNI Matra Darat diwilayah tanggung jawab Yonif 900/Raider.
2)      Melaksanakan pengamanan wilayah tanggung jawab Yonif 900/Raider.
3)      Melaksanakan pembinaan kekuatan TNI Matra Darat di wilayah tanggung jawab Yonif 900/Raider.
4)      Melaksanakan pembinaan personel untuk kepentingan pertahanan negara di darat di wilayah tanggung jawab Yonif 900/Raider.
5)      Melaksanakan tugas-tugas lain di wilayah tanggung jawab Yonif 900/Raider sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tugas Yonif 900/Raider.  Memperhatikan tugas-tugas Yonif 900/Raider maka tugas Yonif 900/Raider sebagai berikut:
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas TNI matra darat diwilayah Yonif 900/Raider.
a)      Memelihara dan meningkatkan kemampuan Staf intel untuk melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini dari setiap gejala kerawanan sosial dan ancaman terhadap integritas dan keutuhan wilayah NKRI khususnya diwilayah Yonif 900/Raider yang mungkin timbul,  sehingga tidak berkembang menjadi ancaman nyata.
b)      Menyiapkan personel maupun satuan secara profesional melalui pendidikan dan latihan serta membekali pengetahuan hukum dan HAM.
c)      Menyiapkan personel Yonif untuk melaksanakan Operasi PAM VIP/VVIP.
d)      Menyiapkan 1 SSY dengan kekuatan 488 sewaktu-waktu siap operasi ke daerah NAD (Nangroe Aceh Darussalam) atau sesuai petunjuk dari Komando Atas.
2)      Dalam rangka melaksanakan pembangunan dan pembinaan kekuatan TNI matra darat diwilayah Yonif 900/Raider.
a)      Menyiapkan, memelihara dan memantapkan kemampuan operasional Yonif 900/Raider yang profesional dengan cara meningkatkan kemampuan satuan, menata organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala bentuk ancaman.
b)      Secara aktif turut serta melanjutkan reformasi internal dalam tubuh Yonif 900/Raider yang meliputi aspek struktural, kultural dan hukum dalam upaya membangun jati diri anggota sebagai bagian dari Prajurit TNI AD.
3)      Dalam rangka melaksanakan pembinaan Teritorial untuk kepentingan pertahanan negara diwilayah Yonif 900/Raider.
a)      Melaksanakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan secara dini sesuai sistem pertahanan semesta.
b)      Meningkatkan kegiatan pembinaan teritorial melalui Bhakti TNI, Binwanwil dan Binkomsos untuk memantapkan dan memelihara kemanunggalan TNI – Rakyat.
4)      Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas lain       sesuai dengan peraturan perundang-undangan Yonif 900/Raider.
a)      Membantu pelaksanaan fungsi pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan kemampuan Yonif 900/Raider untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra struktur dan mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.
b)      Menyiapkan satuan untuk melaksanakan pengamanan VVIP/VIP, obyek vital nasional.
c)      Melaksanakan Koordinasi dengan aparat terkait sesuai dengan tempat yang akan digunakan latihan.